Insan Pers Indonesia Punya Wadah Alternatif
Kirimian Pembaca/ Tulisan/ Artikel dari : Jacob Ereste, Atlantika Institut Nusantara dan Wakil Ketua F. BKN SBSI.
Kemerdekaan, kebebasan dan kedaulatan itu tak ada yang pernah mau memberikan untuk siapapun, termasuk bagi Anda sendiri yang mempunyai naluri menjajah dengan segenap otoritas kekuasaan yang dimiliki.
Itulah mimpi Pers Bebas atau kebebasan pers yang ideal dengan tetap teguh bersikap jujur, konsisten mengungkakan suara dsri bisikan hati. Artinya, insan pers harus lebih jujur serta setia pada hati nuraninya, hingga kesetiaan pada hati raktat — yang merepsentasikan suara Tuhan–bisa terus terjaga.
Jadi pers yang membungkam, ketika melihat dan menyaksikan sendiri Reuni 212 dan tidak boleh melaporkan hasil liputan peristiwa bersejarah ini, jelas sikap yang khianat pada diri sendiri. Ibaratnya getar kasmaran, persis seperti ejakulasi yang tersumbat.
Massa Reuni 212 yang berjumlah tidak kurang dari 13,5 juta itu jelas sangat luar biasa potensinya bagi media nasional Indonesia yang tak mencapai tiras penjualan dari oplahnya kebih dari sejuta.
Lantas mengapa massa Reuni 212 jadi begitu remeh sekali dalam pandangan media meinstrem ? Yang pasti, jelas mereka telah memilik pilihan yang lebih menggairahkan daripada harus berpihak pada massa Reuni 212 itu. Betapa besar potebsi massa Reuni 212 itu –misalnya harus memboikot–jelas bisa membuat bangkrut sebuah perusahaan pers mereka yang pongah dan pertisan itu.
Itulah sebabnya kebebasan, kemerdekaan dan kedaulatan sejati itu memang harus direbut, jangan pernah mah menerima-nya atas rasa belas kasihan. Karena esensi dari kebebasan, kemerdekaan dan kedaulatan yang sejati itu sangat rentan dari birahi politisasi, hasrat manipulasi serta gairah dan nafsu serakah hendak menggagahi siapa saja yang lengah.
Maka itu inilah momentum penting tampilnya media alternstif yang dimotori insan Pers Indonesia yang akan segera melaksanakan Musyasarah Besar pada 18 Desember 2018. Jika momentum ini luput, mungkin baru seabad kemudian peluang dan kesempatan serupa bisa terulang.
Karena itu acara Mubes Insan Pers Indonesia yang dikomando oleh Hientje Mandagi dengan Marsono dkk dan dibeking habis oleh Wilson Lalengke dengan pasukannya.
Agenda acara Mubes Insan Pers Indonesia paling mendesk adalah memantapkan organisasi pers alternatif yang bisa mengayomi seluruh anggota yang langsung berada didalam koordinasi serta pengawasan dari pengurus cabang yang ada di pada semua daerah dan wilaya.
Tujuan utama organisasi pers alternatif ini wajib memperjuangkan segenap aspirasi anggota bersama pengurus agar bisa lebih adil dan sejahtera dalam pengertian lahir dan bathin.
Kesejahteraan bagi Insan Pers Indonesia tidak cuma berarti dalam lingkup ekonomi semata, tapi juga meliputi suasana serta kondisi kerja berikut fasilitas yang manusiawi dan beradab sifatnya.
Oleh karena itu segala bentuk penindasan, penekanan dan kesewenangan harus dilawan, karena tidak bisa dan tidak boleh dibiarkan hidup dan tumbuh di negeri Pancasila. Karena itu pula, perlakuan zalim terhadap peserta Reuni 212 tidak boleh dibiarkan. (Banten, 10 Desember 2018) (S.P)