Pro dan Kontra Tarawih Ditengah Pandemi Corona
BintangEmpat.Com – Sampai saat ini umat islam dalam menyikapi larangan tarawih dan sholat ied terbagi dua kelompok, antara yang mengikui kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan yang tidak mengikutinya sebagaimana ulamanya juga, namun dua-duanya sama-sama punya argumnetasi yang wajib kita hormati sebagai sunatullah.
Kedua kelompok umat islam itu antara pro dan kontra terhadap fatwa MUI atau intruksi pemerintah sama-sama kalau kita lihat sebelum adanya wabah virus corona ini dan sudah tradisi setiap tahunnya di Indonesia semangat sholat taraweh hanya diawal-awal ramadhan saja dengan setiap masjid jamaah sholat taraweh sangat melimpah sampai keluar keluar yang masjid sudah tidak bisa menampungnya dan itu bisa kita saksikan sendiri nanti di posisi pertengahan bulan ramadhan, shaf masjid sebagian besar masjid sudah mulai berkurang secara drastis kurang lebih setengahnya dari malam pertama taraweh dan diakhir akhir – akhir malam bulan ramadhan, justru dimana datangnya malam lailatul qodar masjid dan mushola atau dimana diselenggarakan sholat taraweh berjamaah maka hanya tinggal beberapa shaf saja.
Namun kalau dilihat antusias umat islam khususnya diawal awal malam pertama taraweh mereka begitu nekat menentang MUI dan intruksi pemerintah padahal wilayah tersebut berada di zona merah walau sudah ditongkrongi oleh aparat negara baik TNI atau Polrinya termasuk di daerah Jakarta.
Namun sikap PA 212 jelas yang mana di daerah zona merah sesuai intruksi Hb Rizieq Shihab untuk sholat taraweh di rumah karena taraweh adalah hukumnya sunah ghoiru muakad dan dirumah juga bisa dikerjakan secara berjamaah bersama keluarga dan tidak mengurangi pahala sedikitpun sebagaimana dikerjakan di masjid.
Adapun asal usul taraweh justru tidak ada perintah dari rasulullah secara langsung untuk dikerjakan karena Rasulullah menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan menambah sholat sunah beliau selain tahajud yang biasa dikerjakan di sepertiga malam dan ketika rasulullah tiga hari berturut-turut mengerjakan sholat sunah malam ramadhan di masjid nabawi dilihat oleh para sahabat karena tidak seperti biasanya, sehingga disadari oleh rasulullah takut sholat sunah tersebut dianggap wajib maka Rasulullah berpindah ke rumahnya yang memang berada di sebelah Masjid Nabawi bahkan sampai khalifah yang pertama yaitu Sayidina Abu Bakar Shidiq tidak ada pengerjaan sholat sunah di malam romadhon selain tahajud.
Sholat taraweh baru digagas dan dikerjakan oleh khalifah yang kedua yaitu Sayidina Umar bin Khatab karena ketika itu para sahabat dengan menghidupkan sholat sunah di malam romadhan sangat semarak di dalam Masjid Nabawi tersebut walau berbeda waktu dengan sendiri-sendiri akhirnya mereka semua dikumpulkan dalam satu waktu, satu tempat dan dipimpin oleh imam sholat maka jadilah sholat taraweh berjamaah dan inilah senikmat-nikmatnya bid’ah.
Untuk itu kami sampai saat ini menghimbau didaerah zona merah agar tahan diri untuk sementara waktu tidak sholat taraweh di masjid, mushola serta tempat tempat yang menghimpun banyak jamaah sholat taraweh demi untuk kemaslahatan bersama dan ini hukumnya wajib mendahulukan menolak kemudharatan dibanding dengan sholat tarweh yang sunah begitupun sholat ied yang derajatnya lebih tinggi dari sholat taraweh yaitu sunah muakad untuk sementara waktu tidak dilaksanakan sebagaimana sholat jumat yang wajib saja ditunda pelaksanaanya.
Dan untuk daerah zona hijau adalah kesempatan emas yang Allah berikan untuk umat islam penuhi masjid masjid dan mushola mushola tentunya jaga jarak dan wajib ikuti petunjuk medis serta selalu berkordinasi dengan ulama serta aparat setempat dan terus ramaikan masjid – masjid dan mushola – mushola sampai akhir malam Ramadhan dan perbanyak ibadah yang lain sampai terselenggaranya sholat iedul fitri sebagai usaha ikhtiar dan doa untuk mengetuk pintu rahmat Allah SWT agar corona segera diangkat dari muka bumi ini.

Ditulis oleh: Ust Novel Bamukmin.