Pendidikan Nasional Terdampak Covid 19 : Keberadaan Dosen Tetap Tak Tergantikan
Pendidikan Nasional Terdampak Covid 19: Keberadaan Dosen Tetap Tak Tergantikan.
Ditulis oleh: Dr. SRI Astutik, SH., MH.
Nama Ki Hajar Dewantara bukan saja ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional, tetapi juga diabadikan sbagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nsional), yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional.
Hari ini tepatnya 2 Mei 2020, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional dalam kondisi yang berbeda, karena terdampak Covid 19. Untuk menghindari penularan virus corona yang begitu cepat dan sulitnya mendeteksi orang yang terpapar virus tersebut, karena masa inkubasi virus corona kurang lebih 2 minggu (14 hari) yang tak dapat dihindari karena kegiatan sosial harus tetap berjalan, sehingga menyebabkan banyak korban berjatuhan dan meninggal. Belum ditemukannya obat dan masih sulitnya penanganan pandemic ini, Pemerintah Indonesia, sebagai mana juga Negara-negara lain yang terkena dampak Covid 19, telah mengambil langkah bijak untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19 ini, dengan melakukan social distancing.
Saya yakin, ini pasti pilihan yang sangat berat, karena akan mempunyai dampak dalam berbagai aspek kehidupan, tidak saja dibidang ekonomi tetapi juga dibidang pendidikan. Namun mau tidak mau pilihan inilah yang harus diambil.
Dalam bidang pendidikan, misalnya pemerintah telah mengambil keputusan untuk meliburkan sekolah/ perguruan tinggi dan mengalihkan Pproses Belajar Mengajar di rumah dan dari rumah (Stay at Home, Work for Home). Banyak hal yang harus tiba-tiba saja berubah dalam proses pembelajaran bagi Mahasiswa. Dimana biasanya system perkuliahan prosentase terbesar dilakukan secara tatap muka dengan mahasiswa, sehingga kita dapat berinteraksi langsung dengan mahasiswa, yang kemudian dialihkan dengan metode daring dengan menggunakan kecanggihan teknologi, yang membuat banyak pihak belum tentu siap, denga perubahan yang begitu cepat.
Namun tidak ada pilihan lain, kita harus mengikuti kebijakan yang sudah ditetapkan pemerintah, meskipun masih banyak kendala di sana sini dalam pelaksanaan system perkuliahan dengan metode daring, antara lain : Kurangnya penguasaan di bidang teknologi; Keterbatasan sarana dan prasarana ; Jaringan internet dan Biaya.
Di sisi lain kecanggihan teknologi, secanggih apapun teknologi/mesin akan tetap mempunyai kelemahan.
Kita memang harus menguasai teknologi tersebut, namun teknologi tidak boleh menguasai kita, karena system pendidikan tidak secara keseluruhan dapat digantikan oleh kecanggihan teknologi. Teknologi dapat mentransfer ilmu secara lebih cepat kepada mahasiswa, namun teknologi tidak mempunyai sesuatu yang hakiki yang ada dalam diri manusia, yaitu karakter dan rasa. Masih dapat dimaklumi dalam hal transfer ilmu kepada mahasiswa, namun pada saatnya dimana Dosen harus memberikan evaluasi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan, dan jika pilihan itu jatuh pada system ujian online dengan menggunakan system multiple choise, yang penilaiannya diserahkan kepada mesin, maka mahasiswa tidak dapat berbuat banyak, selain hanya bisa menerima nilai yang sudah tertera dalam system, sesuai dengan kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal-soal ujian, karena mesin/teknologi tidak dapat melihat proses lain yang sudah dilakukan mahasiswa.
Timbul gejolak ketika melihat nilainya pada jatuh/turun tidak seperti biasanya, marah, protes, bahkan memaki-maki, mana keadilannya ?. Di satu sisi memang memberikan kemudahan pada Dosen, tidak perlu melakukan koreksi terhada hasil ujian. Terima jadi saja.
Ternyata dalam hal demikian penilaian tidak dapat diserahkan sepenuhnya pada teknologi, perlu melibatkan manusia dalam memberikan penilaian terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Dosen akan melihat dari sisi yang lain, yaitu kedisiplinan, keaktifan, ketaatan, dan etika dari mahasiswa.
Dosen juga dapat memberikan tugas-tugas lainya sebagai salah satu komponen dari penilaian untuk menambah nilai mahasiswa. Disini lah menunjukkan bahwa peran Dosen atau manusia tidak dapat digantikan oleh mesin/teknologi, karena teknologi tidak mengenal baik, buruk, rasa, dan usaha manusia.
Selamat Hari Pendidikan Nasional, Sukses Dunia Pendidikan, Sukses anak-anak bangsa, semakin berilmu dan semakin beretika. * Dr. Sri Astutik, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Universitas Dr Soetomo Surabaya.