Ade Armando Sebut Din Syamsuddin ‘Dungu’, Novel: Bikin Gaduh, Din: Saya Tidak Tertarik

BintangEmpat.Com – Beredar screenshot status Facebook dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando yang menyindir tokoh senior Muhammadiyah, Din Syamsuddin yang juga menjabat Ketum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DNPIM).
Status tersebut pun mendapat pro dan kontra. Dalam status tersebut, Ade menyesalkan Din Syamsuddin mencatut organisasi sekelas Muhammadiyah dalam isu pemakzulan Presiden Joko Widodo lewat webinar nasional bertemakan ‘Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di Era Pandemi Covid-19’.Status tersebut diunggah, Senin (1/6/2020).
Ade juga mengunggah foto webinar nasional tersebut yang diikuti sejumlah pemateri seperti Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun, hingga mantan Menkumham Denny Indrayana.
“Isu pemakzulan Presiden digulirkan Muhammadiyah. Keynote Speakernya Din Syamsudin, si dungu yang bilang konser virtual corona menunjukkan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat,” tulis Ade dalam status media sosialnya.

“Jelas tindakan tersebut sudah masuk unsur pidana, yang seharusnya Prof KH Din Syamsuddin mau laporkan sehingga bisa dijerat dengan UU ITE no 11 tahun 2008 juga pasal 310 dan 311 KUHP tentang penghinaan serta pencemaran nama baik dengan total ancaman penjara 6 tahun”, terang Novel.
“Dan Ade Armando itu harus segera ditangkap karena sudah lama menjadi tersangka dan saya sebagai saksi fakta atas kasus Ade Armando terhadap dugaan penghinaan terhadap agama yang sempat kasusnya di sp3, namun saya dan kawan-kawan advokat sudah mengugat kembali sp3 itu lewat pra peradilan di PN Jaksel dan alhamdulillah sudah menjadi tersangka kembali dan segera harusnya ditangkap agar tidak mengulangi lagi, namun karena tidak ditangkap makanya dia sudah merasa kebal terhadap hukum dan terus diduga menghina ulama dan mengadu domba rakyat Indonesia lagi”, imbuh Novel Bamumin, yang juga menjabat sebagai penasihat hukum BintangEmpat.Com.
“Adapun UI seharusnya memecat dosen yang membuat gaduh terus bangsa ini, karena krakternya bukan memcerminkan dosen tapi sudah seperti preman berjas almamater saja dan diduga jabatan rektor UI-nya pun sarat dengan kepentingan politik sehingga perlu memasang dosen gaduh itun”, pungkas Novel.
*Red.