Pemimpin Berbudaya Malu, Menjadi Tumbal Kenaikan Harga BBM
BintangEmpat.com – Dalam proses pengunduran H.Anang Ahmad Syaifudin dari Ketua DPRD Kabupaten Lumajang beberapa waktu lalu, nampaknya sudah menjadi pembahasan diinternal DPP PKB, itu artinya H. Anang Ahmad Syaifudin dalam pernyataan mundurnya dari jabatan ketua DPRD Lumajang bukan hanya gertak sambal atau mencari sensasi politik saja.
Hal tersebut disampaikannya saat ditemui dikantor DPC PKB Lumajang, Senin (19/9/2022) Ia berharap proses pengunduran dirinya sebagai ketua DPRD Lumajang agar prosesnya dipercepat. dikatakan pula, semata-mata agar beban sosial yang disandangnya karena dalam pembacaan naskah Pancasila dinilai tidak hafal khususnya pada sila ke 4 yang dalam aksi demo beberapa waktu lalu.
“Saya berharap proses itu dipercepat, karena biar bagaimanapun, saya sangat malu sebagai seorang pemimpin yang tidak hafal naskah Pancasila, apapun alasannya”,Tandasnya.
Disisi lain, Ery Pelupessy, L.iC., Direktur Investigasi Masyarakat Transparansi Indonesia, mengkaji dalam kasus Pengunduran Ketua DPRD Lumajang, H. Anang Ahmad Syaifudin, yang hanya gegara tidak hafal membacakan naskah Pancasila saat dibawah tekanan aksi demo penurunan BBM oleh puluhan mahasiswa digedung DPRD Lumajang, terbilang cukup nekad, dan menunjukkan jiwa tanggung jawab besar atas konsekwensi seorang pimpinan yang merasa masih banyak kekurangan.
“Jabatan Ketua DPRD adalah jabatan Politik, namun tidak semua tindakan yang dilakukan oleh Anang, Ketua DPRD Lumajang dalam keputusan pengunduran dirinya sebagai ketua DPRD itu juga sebagai strategi berpolitik, karena bisa jadi keputusan tersebut bagian dari prinsip hidup yang membudayakan malu”,Ujar Ery Palupessy, Selasa (20/9/2022).
Masih menurut Ery Palupessy yang setahun terakhir ini berkiprah di Jakarta mengatakan, Ketua DPRD Lumajang dalam pengunduran dirinya sebagai Ketua, itu adalah konsekwensi dari sebuah prinsip hidup seorang pemimpin yang membudayakan rasa malu dalam jiwanya atas kesalahan yang telah diperbuatnya, meskipun kesalahan tersebut tidak sengaja dilakukannya.
“Jika rasa malu menjadi budaya seorang pemimpin, semisal Anang yang terpaksa mengorbankan jabatannya sebagai ketua DPRD Lumajang hanya karena telah melakukan kesahalan dalam membacakan naskah Pancasila, dan itu harus kita apresiasi, agar para pemimpin negeri ini bisa memiliki budaya malu juga dalam dirinya masing-masing, sehingga dalam kepemimpinannya bisa benar-benar amanah”,Harapnya.
Dikatakannya pula, keputusan Ketua DPRD Lumajang tersebut bisa dibilang adalah pengorbanan untuk sebuah kenaikan harga BBM yang diberlakukan oleh pemerintah pusat karena mengikuti harga minyak mentah dunia.
“Bisa juga dikatakan Aksi pengunduran diri Ketua DPRD Lumajang dari jabatannya, adalah Tumbal dari Kenaikan Harga BBM”,Pungkasnya.
*Bi

