Kelemahan Umat Islam karena meninggalkan Islam
Tun DR. Mahathir Muhammad: Kelemahan Umat Islam karena meninggalkan Islam, Prof. Din Syamsudddin menyepakatinya
Mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr. Mahathir Muhammad menyatakan bahwa kelemahan dan kemunduran umat Islam dewasa ini, baik pada skala global maupun skala nasional di banyak negara Islam, adalah karena mereka meninggalkan Islam. Mereka tidak taat dan patuh terhadap ajaran-ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Demikian dikatakannya saat menerima Prof. Dr. M. Din Syamsuddin di Kantor Global Peace Forum, Kuala Lumpur, Senin, 3 Oktober 2022.
Lebih lanjut, tokoh yang sudah berusia 93 tahun ini, mengatakan mereka melanggar ajaran Islam tentang keadilan. Banyak penguasa yg beragama Islam tapi tidak berperilaku adil, baik terhadap diri sendiri maupun rakyatnya. Mereka tidak mengemban amanah secara berkeadilan, dan bahkan banyak dari mereka yang justeru melakukan kezaliman. Hal lain yang umat Islam sering lalukan adalah pembunuhan atas sesama. Ada kelompok Islam yang tega dan nyata menghilangkan nyawa sesama manusia. Mereka lakukan itu atas nama agama, padahal jelas Islam menolak dan menentang penghilangan nyawa orang lain atas sebab yang tidak dapat dibenarkan, karena itu sama dengan menghilangkan nyawa seluruh umat manusia, tegas Tun Mahathir yang sering dipanggil Dr. M itu. Terhadap pandangan tersebut, Prof. Din Syamsuddin menyepakatinya.
Sambil Mengutip Muhammad Abduh, Din mengatakan _Al-Islam mahjubun bi al-Muslimin_ atau Islam tertutupi oleh perilaku umat Islam. Lebih lanjut Din menyatakan, terhadap perbandingan masyarakat di negara-negara non Islam tapi berprilaku sesuai ajaran Islam, “kita menemui Islam di sana, sementara kita bertemu orang-orang yang mengaku Islam di sini”.
Mantan Ketua Umum Muhammadiyah dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat Prof. Din Syamsuddin datang ke Kuala Lumpur untuk mengundang Tun Dr. Mahathir Muhammad untuk menjadi salah seorang pembicara utama pada _The 8th World Peace Forum_ (Forum Perdamaian Dunia Ke-8) di Solo, 17-18 Nopember 2022. WPF 8 tersebut merupakan Seri Kedelapan sejak dimulai pada 2006. Tujuh forum terdahulu berlangsung di bawah tema _One Humanity, One Destiny, One Responsibility_ (Satu Kemanusiaan, Satu Tujuan, Satu Tanggung Jawab). Untuk Seri Kedelapan, menurut Din Syamsuddin, Chairman of World Peace Forum/WPF dan Chairman of Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations/CDCC, akan mengangkat tema _Human Fraternity and The Middle Path as the Foundation for a Peaceful, Just, and Prosperous World_ (Persaudaraan Kemanusiaan dan Jalan Tengah sebagai Fondasi Dunia Damai, Adil, dan Sejahtera).
WPF 8 yang diselenggarakan CDCC bersama _Chengho Multiculture and Education Trust_ yg berbasis di Kuala Lumpur, dan Universitas Muhammadiyah Surakarta, akan dihadiri sekitar 100 tokoh dari mancanegara, dan 100 tokoh dari Dalam Negeri, baik agamawan, cendekiawan, dan penentu kebijakan. Menurut rencana, Jamuan Makan Malam Selamat Datang (_Welcoming Dinner_) pada 16 Nopember 2022 akan diadakan di Kraton Kasunanan Surakarta dengan _host_ Ketua MPR-RI Bambang Soesatyo, dan sidang-sidang akan berlangsung di sebuah hotel di Solo dan di Kampus UMS. Dijadwalkan akan menyampaikan pidato utama, antara lain, Syaikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Thayyib, Wakil Vatikan Rev. Laurence Basanese, Sekjen Rabithah ‘Alam Islamy Dr. Muhammad al-Isa, Sekjen Religions for Peace Prof. Dr. Azza Karam, Wakil Presiden Association of G-20 Interfaith Dialogue Prof. Dr. Katherine Marshall, dan sejumlah tokoh dunia lain.
Sehari setelah penutupan, yaitu pada 19 Nopember 2022, segenap peserta akan menjadi Tamu-Tamu Kehormatan pada Pembukaan Muktamar 48 Muhamamdiyah & Aisyiah di Stadion Manahan, Solo. (*)

