BERITA TERBARUPOLITIK

FORUM DIALOG BAHRAIN BERAKHIR

FORUM DIALOG BAHRAIN BERAKHIR
Serukan Dialog Timur-Barat
Din Syamsuddin: Perlu Prasyarat

Dari kiri: Syaikh Ahmad Muhammad Al-Tayyib dan Din Syamsuddin

Forum Dialog Bahrain, 3-4 Nopember 2022 di Manama berakhir. Pada Penutupan tampil Raja Bahrain Hamad bin Isa al-Khalifa, Grand Shaikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Tayyib, dan Paus Fransiscus. Ketiganya menekankan penting persaudaraan kemanusiaan yg mengejawantah dalam kerja sama kemanusiaan (al-ta’ayusy al-insani). Forum Dialog Bahrai itu diikuti 300 tokoh lintas agama, akademisi, dan penentu kebijakan. Dari Indonesia hadir Prof. Dr. Quraish Shihab (Mantan Menteri Agama dan Anggota Majelis Hukama al-Muslimin), TGB Dr. Zainul Majdi (Ketua Ikatan Alumni Al-Azhar Indonesia), dan Prof. Dr. M. Din Syamsuddin (Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations/CDCC dan World Peace Forum). Selain pembukaan dan penutupan, dua sesi memperdengarkan presentasi tentang pengalaman dialog selama ini, dan Dialog Timur dan Barat.

Pada Penutupan yang mengambil tempat di lingkungan Istana Raja yang berlokasi di pinggir pantai, Syaikh Al-Azhar menyampaikan pidato yang bernas, dalam dan mencerahkan. Antara lain Syaikh Ahmad Muhammad Al-Tayyib menjelaskan tiga asas persaudaraan dan kerja sama kemanusiaan menurut al-Qur’an, yakni (1). Adanya kemajemukan sebagai ketentuan Ilahi, (2). Kebebasan hakiki dan penghargaan atas hak-hak asasi manusia, dan (3). Perlombaan dalam kebenaran yang berujung pada perebutan prestasi termulia yaitu menjadi insan bertakwa.

Atas dasar itulah, menurut Syaikhul Azhar, Dialog Timur-Barat harus dikembangkan. Praduga, sentimen, dan kebencian antar kedua pihak harus segera dihentikan. Benturan antar peradaban harus digantikan dengan dialog dan kerja sama antar peradaban.

Din Syamsuddin yang hadir sebagai peserta pada Forum Dialog Bahrain itu menyampaikan kesepakatan penuh terhadap pandangan Syaikhul Al-Azhar tersebut. Namun, menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini, ada prasyarat bagi terwujudnya dialog itu. Prasyarat itu antara lain pertama perlu adanya kesetaraan bahwa kedua pihak setara, bukan antara pihak superior dan pihak inferior. Selama ini Barat memposisikan diri sebagai pihak superior yg memandang Timur secara minor. Hal inilah yang menyebabkan adanya ketakadilan global dewasa ini. Kedua, kedua pihak harus merasa saling membutuhkan. Timur membutuhkan Barat dengan kemajuan ilmu dan teknologi, dan Barat membutuhkan Timur dengan khazanah nilai moral dan kekayaan sumber daya alam. Ketiga, perlu segera menghentikan sikap fobia dan kecenderungan utk mendeskreditkan pihak lain.

Forum Dialog Bahrain menambah banyaknya prakarsa positif bagi terwujudnya perdamaian dunia dewasa ini. Jelang Muktamar Muhammadiyah di Solo, beberapa hari yad juga akan dilaksanakan The 8th World Peace Forum (Forum Perdamaian Dunia ke-8), yang akan dihadiri 150 tokoh dari sekitar 30 negara, baik tokoh agama, akademisi, dan pencipta perdamaian lainnya. Forum Perdamaian Dunia ini adalah kegiatan dwitahunan sejak 2006, diselenggarakan oleh CDCC, dan Chengho Multiculture Education Trust. Kali ini Tuan Rumah adalah Universitas Muhammadiyah Surakarta. (*)